KERIKIL-KERIKIL DI JALAN

KERIKIL-KERIKIL DI JALAN
“Sebuah Refleksi Singkat atas Sistem Pendidikan”[1]



....Seorang terpelajar harus juga belajar adil
Sudah sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan.....
(Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia)

Sebuah Sistem Beruah Masalah
Sulit bagi kita untuk menemukan titik pokok dari problematika pendidikan. Lebih-lebih ketika masalah itu telah menjalar melebar ke ranah-ranah sektor pendidikan yang lebih akut. Menjadi permasalahan sistemik.
Barangkali kita dapat berkaca sebentar pada cermin-cermin kias sang Filsuf Hujjatul Islam Al-Ghazali. Tentang analogi airnya. Beliau mengatakan bahwa air itu cenderung jernih dari celah mula keluarnya (Mata air). Akan tetapi seiring geraknya menuruni lembah-lembah dan bukit-bukit melalui sungai, air akan memberikan wajah yang berbeda ketika sampai di hilir. Tentu air telah bertemu dan bercampur dengan berbagai material-material sepanjang garis perjalanannya.
Begitu halnya dengan sistem pendidikan. Secara teknis apa yang disusun dan dirumuskan oleh pemerintah tentang pendidikan adalah seperangkat muatan-muatan kebaikan yang mulia. Namun ketika dilepaskan pada lajur dan sungai institusi lembaga pendidikan berikutnya pastilah tidak semurni awalnya. Maka mau tidak mau pemerintah sebagai titik mula sistem harus bertanggung jawab atas apa yang terselenggara.
Ketika telah tercuat berbagai kerusakan dan kerancuan sistem, pemerintah tidak bisa angkat atau cuci tangan dari masalah tersebut. Pemerintah justru harus mengambil tindakan tegas untuk menjamin kebersihan pada lajur-lajur pendidikan di atas. Pemerintah tidak boleh setengah hati dalam melihat realitas dan merumuskan kebijakan.
Ada banyak tema yang masih menodai citra wajah pendidikan bangsa saat ini. Sebut saja seperti komersialisasi pendidikan, kapitalisasi pendidikan, kekerasan dalam pendidikan serta masalah-masalah lainnya. Hal ini masih begitu marak terjadi di negeri yang memiliki tujuan mencerdaskan anak bangsa dalam landasan negaranya.
Antara Output dan Argumen seorang  Zaenal
Output pendidikan saat ini memang begitu banyak. Ada banyak media yang dapat mengabarkan akan hal ini. Namun maaf penulis tidak bisa menghadirkan data-datanya secara komprehensif. Masih berada dalam tataran asumsi realitas. Banyaknya output tersebut dapat menjadi indikator bahwa masyarakat sudah mulai mengerti akan pentingnya pendidikan. Hanya saja di satu sisi kenyataan mengatakan bahwa banyak peserta didik yang drop out dari meja-meja belajarnya.
Zaenal Arifin Ahmad mengatakan bahwa output pendidikan seharusnya berbanding lurus dengan outcome-nya. Output yang banyak tanpa dibarengi outcome hanya akan menambah panjang daftar pengangguran di negeri kita.
Permasalahannya adalah apakah pemerintah sudah memikirkan hal ini secara serius. Ketika pemerintah mulai menata pendidikan yang tertatih. Saat para siswa dibekali keterampilan untuk bersaing di dunia global, namun di situ pula mereka yang amatir dihadapkan dengan sederet produk impor dari pasar-pasar perdagangan bebas.
Dan Tentang UN
Secara teknis ujian atau tes adalah salah satu bentuk evaluasi dalam pendidikan. Hal ini adalah satu rangkaian yang harus ada manakala kita hendak melihat hasil dari apa yang telah diupayakan. Sebab kita memiliki tujuan dalam pendidkan dan pengajaran yang kita enyam maka kita memerlukan evaluasi untuk melihat sejauh mana ketercapaian tujuan tersebut. Dan ujian nasional barangkali adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal tersebut.
Hasan langgulung sempat mengeluarkan pandangannnya tentang evaluasi pendidikan. Ia berpendapat bahwa fungsi lain dari evaluasi adalah sebagai alat peneguhan atau reinforcement. oleh karena itu dalam evaluasi selain menilai atau mengukur haruslah ada ruh-ruh motivasi yang dihidupkan pada peserta didik.
Namun tujuan dari upaya yang mulia itu kini sedang menuai banyak kontroversi dari berbagai kalangan. Pro-kontra masih menyelimuti langkah-langkah yang menjadi program nasional ini. Ada beberapa hal memang yang menyebabkan keadaan tersebut.
  • Permunculan wajah UN yang cenderung menyeramkan. Hal ini UN seolah-olah menjadi momok yang sangat menakutkan mengerikan. Sedikit-banyaknya hal ini dapat berimplikasi negatif pada kondidi mental peserta didik.
  • Ahmad Janan memunculkan tiga hal sistemik yang membuat UN perlu konseptual ulang.
  • Input, contohnya adalah tenaga guru, realitas peserta didik. Keadaan sarana dan prasarana serta lain-lainnya
  • Proses, contohnya pelaksanaan pembelajaran, ketersediaan alat-alat penunjang
  • Output, hasilkah atau instan.
Di Pundak Mahasiswa

Di tengah carut marutnya pendidikan yang tidak sepenuhnya merengkuh kaum mustadh’afin, maka mahasiswa harus memiliki nalar kritis dalam mengawal jalannya pendidikan di negeri ini. Saat rakyat masih morat marit dengan masalah-masalah sektor kehidupan lainnya. Saat mental-mental kawula dan penjilat begitu meluas tercipta. Maka sebagai perwujudan dari citra sosok mujahid dan mujtahid  di pundak mahasiswalah rakyat menanti kiprah yang mampu merubah.
Walau memang cukup sulit dalam konteks saat ini. ketika mahasiswa disuguhi dengan budaya-budaya pop hedonis. Menyeret mahasiswa pada kondisi perjuangan yang dikaburkan. Ketika sebagian kita begitu larut di meja-meja praktikum dan segudang  tugas berikut laporan. Hingga kita begitu tuli akan tangisan dan jeritan mereka yang semakin terpinggirkan dalam kancah pergulatan kehidupan.
Idelanya memang kita selalu seimbang. Menimba ilmu dengan hirsh (Sungguh-sungguh) namun juga kritis terhadap mereka para tuan-tuan pemegang otoritas pendidikan. Juga mendermakan ilmu sebagai perwujudan dan pengamalan insan akademik juga sebagai Agent of Change. Wallahu A’lam   
Daftar Bacaan
Battle, J A dan R L Shannon. 1978. Gagasan Baru dalam Pendidikan. Jakarta: Mutiara
Susetyo, Beni. 2005. Politik Pendidikan Penguasa. Yogyakarta: LKIS
Fakih, Mansour. Cet II 2011. Jalan Lain: Manifesto Intelektual Organik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Janan, Ahmad Asifudin.Cet II 2010. Mengungkit Pilar-Pilar Pendidkan Islam: Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: SUKA Press
Azra, Azyumardi.2012. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III. Jakarta: Kencana 



[1] Makalah ini disampaikan dalam forum NGOPI (Ngobrol Pemikiran Islam) Gema Pembebasan Chapter UIN Sunan Kalijaga pada 4 Januari 2014
[2] Ketua di Bidang Pelatihan dan Pengembangan Intelektual  HMI MPO Komfak Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Periode 2013-2014 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Click Here