“69 Tahun HMI Meng-Islam dan Meng-Indonesia”
Waktu
itu, di
seleruh penjuru dunia umat Islam masih diliputi suasana bahagia memperingati
kelahiran manusia teladan sepanjang Masa. Muhammad ibn Abdullah. Di Yogyakarta,
Sultan baru saja menyelenggarakan skatenan untuk seluruh masyarakat,
ritual budaya tahunan yang dipungkasi dengan Grebek Mulud. Di hitung dari
proklamasi kemerdekaan, sampai dengan hari itu Indonesia baru berusia 18 bulan
5 hari, dimana Belanda masih menjadi ancaman yang mengharuskan segenap bangsa
Indonesia berjuang mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diraih.
Dalam
suasana jiwa gembira memperingati kelahiran Nabi, sekaligus dalam suasana
semangat yang tinggi untuk mempertahankan kemerdekaan, sekelompok mahasiswa
Islam mengadakan sebuah pertemuan di Sekolah Tinggi Islam Yogyakarta. Dalam
pertemuan itulah mereka mendeklarasikan bahwa pada hari itu, Rabu pon tanggal
14 Rabiul Awal tahun 1366 H, bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947 M telah
berdiri sebuah organisasi mahasiswa yang bernama Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI). Laftan Pane salah seorang pendiri dalam sebuah pidatonya mengatakan
bahwa berdirinya organisasi itu adalah “...sebagai alat mengajak
mahasiswa-mahasiswa mempelajari, mendalami ajaran Islam agar mereka kelak
sebagai calon sarjana, tokoh masyarakat, maupun negarawan, terdapat
keseimbangan tugas dunia-akhirat, akal dan kalbu, iman dan ilmu pengetahuan...”.
harapan untuk mewujudkan Islam sebagai pedoman hidup yang membawa kebahagiaan
dunia-akhirat ini kemudian diabadikan dalam bentuk hymne HMI oleh RM Akbar yang
hingga kini masih sering dikumandangkan oleh kader-kader HMI:
“bersyukur
dan ikhlas//himpunan mahasiswa Islam//yakin usaha sampai//untuk
kemajuan//hidayah dan taufik//bahagia HMI”
“berdoa
dan ikrar//menjunjung tinggi syiar Islam//turut Quran dan Hadis//jalan
keselamatan//Yaa, Allah berkati//Bahagia HMI”
Lazimnya
yang dijadikan tujuan organisasi adalah sebuah cita-cita besar yang hendak
dicapai, HMI sedari awal juga telah merumuskannya dalam kongres I di Yogyakarta
bulan November 1947, yaitu: “Mempertegak dan mengembangkan agama Islam dan
Mempertinggi derajat Rakyat dan Negara Republik Indonesia”. Belakangan, tujuan itu
mengalami perubahan seiring disepakatinya bahwa HMI adalah organisasi
perkaderan dan perjuangan. Sekalipun demikian, komitmen HMI pada Islam dan
Indonseia tak pernah berubah, sebagaimana termaktub dalam muqoddimah Anggaran
dasar HMI yang berbunyi: “Bismillahirrahmanirrahim. Asyhadu an la Ilaha
illallah. Wa ashadu anna Muhamamadan Rasulullah. Sesungguhnya Allah SWT telah
mewahyukan Islam sebagai ajaran yang haq dan sempurna untuk mengatur umat
manusia supaya berkehidupan sesuai dengan fitrahnya sebagai khalifah di muka
bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadirat-Nya. Menurut
iradhat Allah swt, kehidupan yang sesuai dengan fitrahnya ialah paduan harmonis
antara aspek duniawi, indivuduil, dan sosial serta iman dan ilmu dalam mencapai
kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Berkat rahmat Allah SWT, bangsa
Indonesia telah berhasil merebut kemerdekaan dari kaum penjajah, maka umat
Islam berkewajiban mengisi kemerdekaan itu dalam wadah Republik Indonesia
menuju masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah SWT”. Hal ini
menunjukkan bahwa HMI adalah bagian dari Islam sekaligus bagian dari Indonesia.
Sebagai
organisasi yang punya komitmen kuat terhadap Islam, HMI dalam setiap aktivitas
perkaderannya selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dan selalu berupaya
menampilkan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamin
dengan menjadikan iman (tauhid) sebagai prinsip abadi, ilmu bekal yang haqiqi
dan ketulusan amal sebagai kendaraan
menuju ridha Ilahi dengan diiringi kesadaran bahwa HMI hanyalah bagian
dari Islam yang tak boleh memonopoli kebenaran Islam. Begitu juga dalam
ber-Indonesia, perkaderan HMI adalah wadah untuk saling menghargai, saling
menghormati antar sesama anggotanya yang terdiri dari beragam latar belakang
budaya, sehingga terwujud sebuah kerukunan dalam keberagaman yang pada akhirnya
terwujud sebuah tatanan masyarakat yang diridhai Allah SWT.
Pada
hari ini tepat pada hari dan bulan sebagaimana berdirinya, Rabu 14 rabiul awal
1435 H, HMI telah berumur 69 tahun. (1366-1435). Sebuah usia yang jika
diibaratkan umur manusia sudah cukup tua. Dalam perjalanan panjang mengarungi
lautan sejarah yang penuh gelombang HMI telah menunjukkan komitmennya kepada
Islam dan kontribusinya terhadap Indonesia yang tak perlu diragukan. Tetapi
sayang banyak kader HMI yang melupakan, temasuk juga kapan dan untuk HMI
didirikan, lantaran mereka lebih sibuk berebut kekuasaan dengan alasan sepele
“ini kan bagian dari proses perkaderan” katanya,! Kader-kader yang (lupa)
seperti inilah yang jika tidak di bina(sakan), kelak akan mengikuti jejak para
abang-abangnya yang karena korupsi dan gila kekuasaan oleh KPK ditahan..
Seiring
menyambut maulid kanjeng Nabi Muhammad SAW, sebaiknya mari kita rayakan usia
ke-69 HMI ini dengan
berbanyak sholawatan. Saya kira hal ini bagian dari
perkaderan. “Allahummasholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad”..!
Dirgahayu
69 Tahun HMI
Yogyakarta 14 Rabiul
awal 1435H
* Anggota HMI Komisariat Fakultas Adab UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar