HMI HARUS KELUAR DARI STAGNASI GERAKAN

Matahari hidupku telah padam:
Tak seorangpun yang tahu, cinta adalah
keberadaan, buta dan kesendirian,
dipengasingan ini tak seorangpun tahu
nasib orang lain,
semua orang sendiri,
dipengasingan kerajaan-kerajaan ini
hati dunia terbuat dari batu
(Abdul Wahab Al Bayati)

Setelah setahun saya meninggalkan jogja, bukan berarti saya meninggalkan HMI. Mungkin waktu itu banyak Stoke Holder HMI mencaci maki karena saya dianggap tidak bertanggungjawab terhadap apa yang pernah saya jalankan selama menjadi pengurus Korps Pengader Cabang (KPC) Periode 2006/07. Supaya tidak ada kecurigaan yang berlebihan lewat tulisan ini saya selipkan tabayun, bahwa tidak pernah diberitahu sebelumnya kalau akan diadakanya Muskorp KPC. Pada kenyataannya setelah saya lulus kuliah, saya hampir ada satu bulan masih tinggal di Jogja hanya untuk menunggu pelaksanaan muskorp sebagai pertanggung jawaban terakhir sebagi pengurus KPC pada saat itu. Beberapa usaha sudah saya lakukan dengan bertanya langsung kepada ketua tetapi tidak ada jawaban, dan akhirnya saya putuskan untuk pulang ke daerah.

Meninggalkan Jogja bukan pula saya meninggalkan dan melupakan HMI, karena HMI adalah bagian dari perjuangan saya dan kaum mustadafiin pada umumnya. Selama diluar Jogja kadang-kadang saya masih sempatkan berkomunikasi dengan beberapa teman-teman baik yang ada distruktur kepengurusan HMI maupun yang tidak distruktur kepengurusan. Sedikit banyak saya tahu perkembangan HMI, terutama tentang eksistensi gerakan HMI yang semakin terperosok dalam kemunduran yang sedemikian jauhnya. Dalam tulisan ini saya tidak akan membahas melebar, saya akan fokus kepada pembahasan seperti judul yang telah saya tulis.

Setelah saya mengikuti syawalan alumni HMI MPO pada tanggal 25 oktober 2008 di Jakarta, ada statement menarik yang diungkapkan oleh Awalil Rizky sebagi ketua penyelenggara, bahwa,  “untuk memberikan kontribusi yang konkrit maka HMI harus keluar, dan  saatnya untuk terlibat dalam sistem politik nasional. Mekipun HMI dari dulu punya kontribusi besar dibidang kemasyarakatan namun semua itu tidak pernah terekspos dikalangan publik. Karena kita masih mengambil pilihan gerakan under ground.”

Pernyataan yang tegas, sayang tidak ada tindakan lebih jauh selain hanya berstatement didepan forum saja. Memang setelah forum itu malamnya ada forum khusus yang hanya dihadiri oleh alumni untuk membicarakan tentang pilihan apa yang harus diambil untuk pemilu 2009 dan kedepannya. Namun tidak ada kabar lagi apa yang sudah dihasilkan dari forum itu. Saya coba bertanya kepada salah satu Eksponen HMI namun nihil hasilnya.

Syawalan itu sendiri berlangsung meriah meskipun dibalik kemeriahan itu banyak kedongkolan-kedongkolan yang tampak dari para peserta yang kebanyakan kader-kader ditingkatan komisariat khususnya dari Jogja, akibat ditelantarkan begitu saja sejak tiba di pasar senin Jakarta. Syawalan sebagai acara rutinitas yang punya daya magnet tersendiri, karena bagi alumni acara itu sebagai temu kangen sekaligus  konsolidasi menghadapi isu aktual yang berkenaan dengan permasalahan kebangsaan, sebaliknya bagi kader-kader HMI, syawalan sebagai penantian tahunan untuk mengetahui dan mengenal lebih dekat kepada alumni, selain itu yang lebih penting lagi menanti sebuah tausyiah tentang masa depan HMI kedepan seperti apa? Sehingga pada saat itu banyak kader HMI bertanya-tanya apa yang bisa dihasilkan dari acara syawalan selain sekedar temu kangen? Namun Tidak ada yang bisa menjawab selain ketidak jelasan yang menghambur diangan-angan bagi setiap aktivis HMI.

Agenda HMI untuk membawa arah perubahan masyarakat Indonesia yang lebih baik seperti panggang jauh dari api, jauh dari realitas. Bahkan mengurusi hal yang paling kecil saja seperti tentang kebutuhan anggota-anggotanya tidak bisa. Ibarat HMI ingin mencapai sebuah mimpi besar tetapi hal yang paling kecil dari mimpi itu sendiri tidak terjamah. Pembelaan dengan tema besar seperti masyarakat tertindas, proletar, dan mustadafin, membikin lupa akan keberadaan kadernya sendiri. Sudahkah HMI berfikir tetang kadernya yang tidak bisa bayar spp, makan sehari-hari tidak cukup, keluaran HMI yang banyak mengaggur. Dari situ, saya katakan jangan terlalu jauhlah kita bicara rakyat secara umum, tetapi rakyat yang dekat kita sendiri saja tidak terurus. Dimanakah solidaritas, kesetiaan, dan konsistensi perjuangan antar kader HMI diletakkan?

Ruang partisipasi yang semakin dipersempit akibat kekonservatifan sistem HMI, membuat pemikiran alternatif nan segar  dari beberapa aktifis HMI harus terpental oleh kuatnya tembok besar  dan sikap bebal yang dimiliki mayoritas stoke holder. Tidak adanya usaha untuk mencari alternatif startegi gerakan baru (modify) yang disesuaikan dengan perubahan zaman, mengakibatkan HMI tidak bisa mengejar ketertinggalannya dari perubahan yang bergulir. Mereka merasa yakin akan kekuatan mimpi-mimpi saja, tetapi tidak pernah menyiapkan soft were dan hard were untuk mendorong mimpi menjadi kenyataan. Proses kaderisasi dari tahun ketahun semakin menurun baik dari kualitas maupun kuantitas, ditambah memudarnya intelektualitas yang selama ini menjadi mainstrem gerakan disebabkan kader sudah alergi dengan forum-forum diskusi, malas baca buku, dan jenuh dengan ketidak jelasan. Seharusnya HMI harus bisa memberi jawaban yang jelas tentang arah perjuangan bagi rakyatnya. HMI bukan sebagai tempat transit seperti terminal bus, dimana orang hanya cuman numpang istirahat sebentar melepas lelah; bukan sebagai masjid, orang hanya numpang beribadah menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim belaka; bukan ladang, yang orang hanya ingin mengambil untung dari panen; dan bukan gardu, yang orang suka menggunjingkan sesuatu karena rasa kagum maupun  rasa jengkel.

HMI adalah organisasi yang punya tujuan jelas ingin menciptakan mahasiswa menjadi insan pemikir-ulil albab- yang punya tanggungjawab terwujudnya masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan-ridla Allah. Tujuan yang sudah dituangkan dalam diktum anggaran dasar rumah tangga, seharusnya selalu dipegang baik dalam pikiran, hati, dan tindakan sehingga komitment untuk memperjuangkan hak rakyat HMI maupu rakyat secara umum tidak terabaikan.

Ditengah kondisi bangsa yang semakin terpuruk peran apakah yang sudah di lakukan oleh HMI MPO? Ini menjadi sebuah tanda tanya besar, karena HMI tidak pernah bisa menjawab secara konkrit, HMI hanya memberi angan-angan belaka. Atau dalam pepatah jawa disebut “cebol gayuh lintang”.

Kembali kepada statement Awalil yang didepan tadi, saya pikir keinginan HMI untuk keluar, terlibat dalam politik nasional sedikit memberi angin segar ditengah terbelenggunya HMI dalam kerangkeng idealisme-irrasional. Gerakan intelektual yang selama ini menjadi pilihan harus dibuktikan lebih lanjut, sejauh mana dan berapa besar HMI memberikan kontribusi bagi bangsa?. Jangan menjadi intelektual onani yang cuman bisa bercuap-cuap saja, tapi perlu ada kerja konkrit yang bisa bemanfaat bagi rakyat. Maka kalau Awalil memberi tawaran dengan politik salah satu pilihan strategi HMI kedepan sebagai usaha memperjuangkan kepentingan rakyat HMI dan rakyat umumnya. Bagaimana dengan alumni  dan kader-kader HMI lain, tawaran apa yang mereka berikan?, dan semua tawaran-tawaran itu nantinya harus dikomunikasikan lebih lanjut dalam forum-forum ke HMIan.  

Ditengah merosot dan mandeknya gerakan HMI, Saya fikir perlu ada forum dialog terbuka yang melibatkan seluruh pengurus dan kader HMI untuk mengkomunikasikan tentang pilihan strategi apa yang tepat, yang harus diambil dalam memperjuangkan rakyat HMI dan masyarakat secara umum. Masih ada kesempatan yang bisa dimaksimalkan bagi seluruh komponen HMI untuk melakukan konsolidasi nasional sebagai upaya mencari strategi alternatif mengatasi terjadinya krisis gerakan yaitu tepat pada Kongres HMI yang ke-27 di Jogja. Sudah saatnya HMI berfikir idealis-realsitis jika tidak mau ditinggalkan oleh masyarakat, dan yang lebih tragis lagi ditinggalkan oleh kader-kadernya. Bukan rakyat umum saja yang butuh diperjuangkan tetapi rakyat HMI lebih penting untuk diutamakan. Bagaimana HMI melihatnya?  

Penulis: Adalah Penggiat  Poros Perubahan

[1] Judul ini ku dedikasikan bagi  mereka yang mendambakan suatu perubahan, bagi mereka yang hanyut dalam lorong-lorong kesunyian, dan bagi mereka yang tersangkut dalam langit-langit pikiran.http://hmikonfakadab.blogspot.com/


0 komentar:

Posting Komentar

 
Click Here