Cafe Mr. Kom

Pauzan S
 “Bagiku Kreshna bukanlah siapa-siapa, tapi membicarakannya begitu menggairahkan.” (The Pallace of Illusions)
Bagi sebagian orang, mungkin kebanyakan orang , generasi kami bukanlah siapa-siapa. Karena kami generasi akhir yang menikmati kejayaan para perintis yang berdarah-darah kemudian kami yang menghabiskannya. Kicauan tentang perubahan pernak pernik tradisi, serta warna dinding café ini, terdengar sana-sini. Dari mana-mana. Tapi kami selalu dibicarakan. Ironisnya, pembicaraan itu begitu menggairahkan. Hingga diadakanlah diskusi-diskusi di setiap arisan, muncul tulisan-tulisan berisi kritikan, bahkan kutukan. Ketika ada forum-forum, kami menjadi sebuah ulasan yang menarik. Itulah prestasi kami, generasi akhir anak-anak muda cafe, di bawah naungan sebuah atap yang bernama café Mr. Kom.
Bukan orang penting, bukan berarti tak penting. Kata itu setidaknya tepat untuk mendefinisikan anak-anak café Mr. Kom kini. Mereka menjadi penjalin bagi sebuah rajutan cerita yang sedang direnda. Mereka mempunyai peran tersendiri yang tak bisa digantikan oleh lain. Mereka punya cara sendiri. Kehidupan sendiri. Anak zaman kini.
Café Mr. Kom tergolong café tua, tapi ia memiliki semangat serta visi yang moderat. Ia masih tetap memepertahankan menu-menu lama yang menjadi andalan. menu tardisional yang dipertahankan. Tauhid, keilmuan, kemasyarakatan, kepemimpinan, serta menu yang angker dan sangat tradisional yakni soal akherat, adalah deretan menu andalan. Ini yang membuat aku ikut dalam kelompok pelanggan café Mr. Kom. Selain menu tradisonal di atas, café Mr. Kom seringkali menyediakan berbagai menu timur tengah, pemikiran Ali Syaria’ati, Muthahari, Khumaini, Abed Al Jabiri, Hasan Hanafi, Husein Nasr, dan beragam menu lainnya.
Selain dari Timur Tengah, ada menu pavorit spesial dari negeri atas angin, ada filsafat barat, humanisme, gender, hermeunetik, multikulturalisme, sosialisme, komunisme, dan menu-menu dengan dosis berat yang memabukkan. Membuat darah bergolak. Men-stimulus syaraf-syaraf di sekujur tubuh. Membangkitkan gairah. Gairah anak muda. Gairah seorang mahasiswa.
Ini adalah gairah yang membukkan. Membuat tingkah sempoyongan setengah sadar setelah dicekoki minuman yang bermerek idealisme. Berbagai macam menu-menu yang dicetuskan orang gila di café-café atas angin sana, menjadi candu yang megontrol prilaku keseharian. Tanpa itu, lidah kelu, bicara gagu, sedang badan menggigil ingin candu. Sakaw. Sebuah merek minuman yang terkenal dalam keseharian adalah “jangan pernah mapan kecuali di hadapan-Nya”. Sebuah minuman yang diproduksi tahunan silam. Semakin tua, semakin memabukkan.
Ada banyak orang dianggap tak waras oleh komunitas café. Mereka yang sibuk kuliah serta duduk manis mendengar cerita para “dosen”, hingga, mereka yang keranjingangadget terbaru serta berekreasi di mall setiap akhir pekan. Kami bilang mereka gila. Dan perlu dibius untuk kemudian dibedah otaknya dan bangun dengan hidup yang baru serta perlu kemoterapi di café kami, café Mr. Kom. Hidup seperti kami, anggota café Mr. Kom. Selalu mabuk dengan berbagai macam minuman bermerek idealisme.
Tak ada yang pernah kami takuti, ketika minuman “jangan pernah mapan kecuali dihadapan-Nya” kami tenggak. Polisi kami kentuti, presiden kami caci maki, yang dianggap agamawan (yang tak jelas orangnya) kami kangkangi, bahkan para alumnipun bisa kami tunggingi. Semua karena pengaruh zat-zat memabukkan yang diproduksi tahunan silam, juga di bawah naungan café ini. Café mr. Kom. Betapa dahsyat pengaruhya. Membuat kami berubah seratus persen. Semua menjadi terbalik. Di café ini, kamilah yang waras, di luar sana, kebanyakan mereka adalah gila. Tak pernah tahu tugas sejati anak muda.
Bila malam tiba, tanda café mulai rame, menu-menu disiapkan, para bartender meracik sesempurna mungkin minumannya. Racikan menu Islam ratusan silam dicoba untuk dioplosh dengan menu terkini, seperti menu gender, humanisme, liberalisme, dan sederet menu menu terbaru dari café atas angin. Semua dihidangkan untuk dinikmati bersama-sama. Ada yang mulai mabuk, ada yang hanya meringis ringan ketika mencicipi menu tersebut. Dan itu bermanfaat.
Café-café sejenis café Mr. Kom banyak bertebaran di kota ini. Semua menganggap café merekalah yang terbaik. Tak jarang mereka adu mulut bahkan adu fisik untuk menarik pelanggan masing-masing.
Pendiri café ini masih banyak yang hidup, kami tidak tahu mereka masih waras atau sudah kembali gila. Tapi sejauh yang kami dengar mereka masih banyak yang waras. Nah yang waras-waras inilah yang banyak berkicau dalam arisan-arisan, kadang datang menjenguk memberikan resep-resep menu dahulu. Tidak jarang juga mereka ikut mabuk-mabukan. Bila mereka sudah ikut mabuk, semangat kami bertambah, dosis ditingkatkan untuk mengimbangi mereka.
Sebenarnya café ini masih menyajikan menu-menu seperti sebelumnya, tapi rasanya mungkin mulai sedikit berbeda, Karena kami kadang memakai tekhnologi terkini untuk membuat, serta menyajikan menu-menu tersebut. Kendala lain yang cukup membingungkan kami adalah para customer yang mulai berbeda selera. Mereka tak cukup mampu menikmati minuman serta menu café Mr. Kom. Itu bisa jadi disebabkan oleh berbagai faktor.
Selain menu-menu memabukkan, café Mr. Kom menyediakan berbagai camilan. Terutama ketika generasi kami yang mengelola. Camilan ringan kami berupa novel-novel Pramudya A. Toer, terutama tetraloginya. Itu camilan terpavorit. Selain itu juga, kami punya camilan bermerek luar negeri, ada Dunia Shofie yang paling favorite. Itu adalah camilan wajib bagi para pengunjung café, apalagi buat para penghuni café, ia menjadi syarat utama. Semua itu guna merangsang syaraf agar tidak syok ketika mencicipi menu-menu utama dari café Mr. Kom.
Masa generasi kami, adalah masa dengan berbagai fasilitas serta tantangan yang kadang tak di sadari, cobaan begitu banyak, mulai dari mencari lokasi serta tempat yang strategis hingga mencari pelanggan café. Semua butuh keseriusan yang kadang kami abaikan. Manajemen café yang kadang tidak rapi, kemalasan anggota yang tak kira-kira, hingga konflik yang serta merta datang menyela menjadikan café sepi pengunjung. Padahal menu yang ditawarkan begitu menggairahkan. Begitu memabukkan.
Kini café kami masih tetap buka, dengan menu yang tetap sama walau mungkin kadar serta racikannya yang sedikit berbeda. Ia menjadi cerita tersendiri bagi semangat anak muda generasi kami. Menjadi sebuah solusi bagi kegilaan yang menginspirasi. Café Mr. Kom kini tampil apa adanya, ia lahir dari keadaaan yang dibentuk pendahulunya. Semua punya cerita, semua punya sejarah. Terakhir, ketika kami menjadi pengelola café Mr. Kom, café ini beralamat di Jl. Tri Darma no. 354 Baciro, Gendeng, Yogyakarta.
Oleh: Pauzan S. Kalibeber, 25 Desember 2012. 01.15.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Click Here